CARA ISTINJA’ SESUAI TUNTUNAN NABI MUHAMMAD SAW

istinja'
Sahabat muslim. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk selalu menjaga kebersihan. Seperti yang telah kita pelajari pada bagian sebelumnya, bahwa salah satu kewajiban yang harus dilakukan setiap muslim agar sah ibadah sholat yang kita lakukan, harus suci dari hadas dan najis tubuh, pakaian dan tempat sholat kita.
Pada pokok bahasan kali ini fokus pada bagaimana cara kita menjaga kebersihan badan pada saat istinja’. Istinja’ yang saya maksud di sini adalah melakukan perkara yang setiap hari kita lakukan, dan biasa sering disebut “cebok”, bersuci setelah “buang hajat” atau setelah buat air besar/kecil. Tentu aktifitas tersebut sudah menjadi sunnatulloh bagi setiap manusia. Namun karena istinja’ lekat dengan najis, maka kita harus berupaya bersuci dari najis dengan benar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Seperti sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa: “barang siapa setelah buang air kecil atau besar, maka segera untuk bersuci menggunakan tiga batu”. Menurut keterangan hadis yang diriwayatkan Dewi ‘Aisyah bahwasanya apabila dari kita sewaktu-waktu akan buang air kecil atau besar, supaya untuk menyiapkan tiga buah batu, yang berguna untuk membersihkan tempat keluarnya najis (dubur dan qubul).
Sahabat. Pada dasarnya istinja’ merupakan aturan syari’at agama islam, bersamaan dengan difardukannya hukum wudhu, tepatnya pada saat malam isro’ mi’roj Nabi Muhammad SAW. Daripada itu, berdasarkan kedua keterangan hadis di atas, istinja’ dapt dilakukan menggunakan tiga buah batu saja. Hal itu merupakan sebuah keringan agama islam dan menjadi kebiasaan umum (khususiah) umat Nabi Muhammad SAW.
Lalu bagaimana istinja’ dengan menggunakan air seperti pada saat ini?
Sahabat. Istinja’ yang dilakukan tidak menggunakan batu namun menggunakan air secara syara’ juga tetap sah. Namun hal itu tidak termasuk khususiati hadihil ummat. Hal itu menurut keterangan di bawah ini. Bahsanya, orang yang pertama kali istija’ menggunakan air adalah Nabi Ibrahim as. Sehingga hadis yang menerangkan istinja’ menggunakan air lebih umum disebut “cebok”, sedangkan menggunakan batu lebih umum disebut “peper”.
Berdasarkan keterangan hadis tersebut, maka bisa diambil kesimpulan bahwa istinja’ lebih utama dilakukan menggunakan batu dan dilanjutkan menggunakan air. Jadi istinja’ akan lebih sempurna jika dilakukan menggunakan kedua perantara batu dan sir secara runtut. Hal ini dinyatakan di dalam kitab Fathun Naqib yang dijabarkan di dalam kitab Fathul Qorib.
Lalu apa boleh istinja’ dilakukan hanya menggunakan salah satu perantara saja, air atau batu?
Berdasarkan keterangan di dalam kitab tersebut, istinja’ boleh dilakukan menggunakan salah satu perantara batu atau air. Namun jika hanya menggunakan air saja ketika melakukan istinja’, maka hal itu lebih utama. Hal ini dikarenakan air akan lebih bisa menghilangkan najis secara sempurna, yakni tidak sekedar wujud (juz) melainkan juga bau najis tersebut.
Perlu dikatui, bahwa Istinja’ sebenarnya bisa dilakukan dengan menggunakan satu batu, namun dengan tepi yang lebih dari satu. Sehingga, syarat kewajiban melakukan istinja’ hanya tiga usapan. Dan tiga usapan ini bisa dilakukan menggunakan satu batu dengan minimal tiga pojokan (sudut).
Cara istinja’ menggunakan batu yang benar yakni dengan:
  1. Menggunakan tiga buah batu (minimal satu batu namun mempunyai tiga tepi sudut)
  2. Batu yang digunakan harus bersih dan suci dari najis
  3. Diusapkan sebanyak tiga kali dengan mengguanakan batu berbeda atau satu batu namun pada tepi sudut yang berbeda
Demikian panduan tatacara/kaifiyah melakukan istinja' sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW yang dijeaskan di dalam kitab fiqih. Semoga bermanfa'at.

SYARAT WAJIB DAN SAHNYA SHOLAT JUM’ATI BAGI MUSLIM

janga tinggalkan sholat jumat
Sahabat muslim. Pada kesempatan ini, bertepatan dengan hari jum’at di bulan Ruwah. Merupakan bulan yang penuh berkah dan ijabah setiap do’a. apa lagi bertepatan dengan hari jum’at sebagai induknya hari. Semoga kita bisa menjalankan segala amalan kewajiban kita sebagai seorang muslim.
Salah satu kewajiban seorang muslim pada hari jum’at adalah menjalankan sholat jum’at. Kenapa demikian? Mari kita ulas beberapa perilah kewajiban dan syarat sahnya sholat jum’at yang dijalankan seorang muslim. Apakah memang hanya wajib bagi laki-laki atau juga terhadap seorang perempuan? Simak penjelasannya berikut ini.
Seperti firman Alloh SWT:
“hai orang-orang yang beriman. Janganlah kalian lupa. Apabila kamu semua sudah mendengar ajakan (seruan) sholat jum’at, maka segeralah melaksanakan sholat jum’at, dan tinggalkan segala pekerjaanmu”.
Seperti halnya sabda Nabi Muhammad SAW:
“berangkat melaksanakan sholat jum’at itu merupakan kewajiban setiap muslim yang sudah aqil baligh”.
Sahabat. Bahwasanya sholat jum’at merupakan sebuah ‘ama’liah khusus umat Nabi Muhammad SAW dan diwajibkan di Mekah al Mukaromah ketika malam Isro’ Mi’roj. Namun kala itu, Nabi Muhammad SAW belum melaksanakan sholat jum’at dikarenakan belum memenuhi syarat sahnya sholat jum’at. Lalu sebenarnya apa saja yang menjadi syarat sahnya sholat jum’at itu? Simak terus penjelasannya njeh.
Syarat-syarat sahnya sholat jum’at antaralain:
  1. Beragama islam
  2. Baligh
  3. Sehat akalnya (tidak gila atau hilang akal)
  4. Merdeka
  5. Laki-laki
  6. Sehat
  7. Bermukim menetap dalam suatu daerah atau wilayah

Berdasarkan keterangan kitab Fathun Naqib yang dijabarkan dalam kitab Fathul Qorib di atas, bahwasanya sudah sangat jelas sekali. Bahwa kewajiban melaksanakan sholat jum’at adalah kepada laki-laki yang beragama islam, baligh, sehat akalnya, merdeka dan bermukim menetap. Maka tidak sah sholat jum’at bagi seorang kafir, anak-anak (belum baligh), gila, dalam keadaan sakit

Biografi Penulis Sholawat Al Barjanji

Sayyid Ja’far Bin Husain Bin Abdul Karim Al-Barzanji
Sayyid Ja’far Bin Husain Bin Abdul Karim Al-Barzanji
Tahukan Sahabat siapa penulis sholawat Al Barzanji yang sering dilantunkan saat perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid)?

Sayyid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Syed ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Syed ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a. dan Sayidatina Fatimah binti Rosulullah saw.

Dinamakan Al-Barjanzy karena dinisbatkan kepada nama temptat beliau dilahirkan, yakni terletak di desa Barzanjiyah kawasan Akrad (kurdistan). Kitab tersebut nama aslinya ‘Iqd al-Jawahir (Bahasa Arab, artinya kalung permata) sebagian ulama menyatakan bahwa nama karangannya adalah “I’qdul Jawhar fi mawlid an Nabiyyil Azhar” yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya (Barzanji).

Beliau dilahirkan di Madinah Al Munawwarah pada hari Kamis, awal bulan Zulhijjah tahun 1126 H (1711 M). Beliau menghafal Al-Quran 30 Juz kepada Syaikh Ismail Alyamany dan Tashih Quran (mujawwad) kepada syaikh Yusuf Asho’idy kemudian belajar ilmu naqliyah (quran Dan Haditz) dan ‘Aqliyah kepada ulama-ulama masjid nabawi Madinah Al Munawwarah dan tokoh-tokoh qabilah daerah Barjanzi kemudian belajar ilmu nahwu, sharaf, mantiq, Ma’ani, Badi’, Faraidh, Khat, hisab, fiqih, ushul fiqh, falsafah, ilmu hikmah, ilmu teknik, lughah, ilmu mustalah hadis, tafsir, hadis, ilmu hukum, Sirah Nabawi, ilmu sejarah semua itu dipelajari selama beliau ikut duduk belajar bersama ulama-ulama masjid nabawi. Dan ketika umurnya mencapai 31 tahun atau bertepatan 1159 H barulah beliau menjadi seorang yang ‘Alim wal ‘Allaamah dan Ulama besar.

Maulid Al-Barzanji
Oleh:
Sayyid Ja’far Bin Husain Bin Abdul Karim Al-Barzanji

Hukum Menggunakan Emas, Tembaga dan Perunggu untuk Tempat Air dalam Kehidupan Muslim

ilustrasi wadah air dari emas
Tempat Air yang Haram Digunakan Umat Islam dalam Kehidupan Keseharian

Sahabat. Tahukan kalian, bahwa seorang muslim tidak diperbolehkan menggunakan peralatan makan yang terbuat dari emas, tembaga dan perunggu? Mungkin sebagian muslim masih menggunakannya. Untuk lebih kelasnya, mari kita simak ulasan dari sebuah kitab Fiqih, yakni Fathul Qorib.

Pada bab ini dijelaskan, bahwa laki-laki atau perempuan apabila menggunakan tempat air yang terbuat dari Emas atau tembaga hukumnya haram, kecuali hanya pada keadaan darurat (dhorurot).

Alloh SWT berfitman:
"Man syariba fii inaain min dzahabin aufidh dhotin fainnamaa yujarjiru fii bathnihii naaroon minjahan namaa. Artinya: Barang siapa yang minum menggunakan tempat air yang terbuat dari emas atai tembaga,  maka sama halnya orang tersebut memaskukkan api neraka ke dalam perutnya".

Selain daripada itu, menggunakan peralatan makan yang terbuat dari emas atau. tembaga juga haram, misalkan sendok emas atau piring emas. Atai menggunakan tempat Meludah yang terbuat dari emas.

Menurut perkataan yang lebih Shohih, dalam bahasan ini tidak sekedar haram menggunakan wadah yang terbuat dari emas semata, namun juga lebih pada memakainya. Seperti yang telah dicontohkan dalam penjelasan di atas (sendok, piring emas dll). Hal tersebut dikarenakan sesuatu/ barang yang haram menggunakannya, juga haram digunakan. Misalnya seperti tempat istirahat (kursi, ranjang tidur), perhiasan rumah dari emas atau tembaga dihukumi haram.

Tidak hanya sekedar wadah seperti dijelaskan di atas, juga dihukumi haram apabila sebatas hanya melakukan "disepuh" atau "dilapisi" dengan cara dibakar, wadah tertentu dengan emas atau tembaga.

Berbeda jika menggunakan wadah yang terbuat dari "Yaqut" maka hukumnya tidak haram.
Jika tempat/wadah yang ditambal menggunakan tembaga, misalnya Teko (poci), maka hal itu masih dikecualikan (ditafsilkan). Apabila bagian yang ditambal terlalu lebar dan tujuannya sekedar untuk "mempercantik", maka hukumnya haram. Apabila yang ditambal walapun lebar dan memang bertujuan karena hajat, maka tetap dihukumi "makruh". Apabila yang ditambal kecil dengan niat "mempercantik-pepaes-bhs jawa.red), maka hukumnya makruh. Apabila yang ditambal kecil dengan hajat, maka tidak dihukumi makruh. Kesemuanya penjelasan masalah "ditambal" ini jika menggunakan bahan dari emas, walaupun besar atau kecil lebarnya tambalan, maka tetap dihukumi haram (keterangan Imam Nawawi ra).

Sobat, begitulah penjelasan mengenai wadah/tempat/ sesuatu yang terbuat dari emas atau tembagam Semoga kita bisa lebih teliti dan berusaha bersahaja dengan peralatan rumah tangga yang kita gunakan, aamiin.

Wallohu a'lam.
(http://petunjuk-islam.blogspot.com/)

Pengertian Ilmu dan Keutamaan Mempelajari Ilmu Fiqih dalam Islam

Pengertian Ilmu Fiqih dan Keutamaan Mempelajarinya

Sahabat. Dalam mengarungi bahtera Islam, menjadi suatu kewajiban bagi pemeluknya untuk mempelajari kaidah dasar ilmu yang berkaitan dengannya. Dalam hal ini, salah satu ilmu yang wajib dipelajari dengan baik adalah ilmu fiqih.


Pada kesempatan ini, mari kita pelajari sejenak makna hakikat ilmu fiqih dan pentingnya mempelajarinya dalam melaksanakan islam secara kaffah.

Ulasan kali ini disadur dari sebuah kita Ta'limul Muta'alim yang sudah sangat masyhur di kalangan Pondok Pesantren Salaf di Indonesia, atau bahkan di seantero jagad. Mari kita niati untuk belajar mengharap ridlo Alloh SWT.

Kewajiban Menuntut 'ilmu bagi Seorang Muslim

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Rasulullah saw bersabda : “Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
اعلم, بأنه لايفترض على كل مسلم، طلب كل علم وإنما يفترض عليه طلب علم الحال كما قال: وأفضل العلم علم الحال، وأفضل العمل حفظ الحال
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi terbatas pada ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia. Sehingga ada yang berkata,“Ilmu yang paling utama ialah ilmu Hal. Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku.” Yang dimaksud ilmu hal ialah ilmu agama islam, shalat misalnya.
ويفترض على المسلم طلب ما يقع له فى حاله، فى أى حال كان، فإنه لابد له من الصلاة فيفترض عليه علم ما يقع له فى صلاته بقدر ما يؤدى به فرض الصلاة،
Oleh karena setiap orang islam wajib mengerjakan shalat, maka mereka wajib mengetahui rukun-rukun dan sarat-sarat sahnya shalat, supaya dapat melaksanakan shalat dengan sempurna.
ويجب عليه بقدر ما يؤدى به الواجب، لأن ما يتوسل به إلى إقامة الفرض يكون فرضا، وما يتوسل به إلى إقامة الواجب يكون واجبا وكذا فى الصوم، والزكاة، إن كان له مال، والحج إن وجب عليه. وكذا فى البيوع إن كان يتجر.
Setiap orang islam wajib mempelajari/mengetahui rukun maupun shalat amalan ibadah yang akan dikerjakannya untuk memenuhi kewajiban tersebut. Karena sesuatu yang menjadi perantara untuk melakukan kewajiban, maka mempelajari wasilah/perantara tersebut hukumnya wajib. Ilmu agama adalah sebagian wasilah untuk mengerjakan kewajiban agama. Maka, mempelajari ilmu agama hukumnya wajib. Misalnya ilmu tentang puasa, zakat bila berharta, haji jika sudah mampu, dan ilmu tentang jual beli jika berdagang.
قيل لمحمد بن الحسن، رحمة الله عليه: لما لاتصنف كتابا فى الزهد؟ قال: قد صنفت كتابا فى البيوع، يعنى: الزاهد من يحترز عن الشبهات والمكروهات فى التجارات.
Muhammad bin Al-Hasan pernah ditanya mengapa beliau tidak menyusun kitab tentang zuhud, beliau menjawab, “aku telah mengarang sebuah kitab tentang jual beli.” Maksud beliau adalah yang dikatakan zuhud ialah menjaga diri dari hal-hal yang subhat (tidak jelas halal haramnya) dalam berdagang.
وكذلك فى سائر المعاملات والحرف، وكل من اشتغل بشيئ منها يفترض عليه علم التحرز عن الحرام فيه. وكذلك يفترض عليه علم أحوال القلب من التوكل والإنابة والخشية والرضى، فإنه واقع فى جميع الأحوال.
Setiap orang yang berkecimpung di dunia perdagangan, wajib mengetahui cara berdagang dalam islam supaya dapat menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan. Setiap orang juga harus mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan batin atau hati, misalnya tawakal, tobat, takut kepada Allah, dan ridha. Sebab, semua itu terjadi pada segala keadaan.

Keutamaan Ilmu

وشرف العلم لايخفى على أحد إذ هو المختص بالإنسانية لأن جميع الخصال سوى العلم، يشترك فيها الإنسان وسائر الحيوانات: كالشجاعة والجراءة والقوة والجود والشفقة وغيرها سوى العلم.
Tidak seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa dimiliki binatang. Dengan ilmu pengetahuan.
وبه أظهر الله تعالى فضل آدم عليه السلام على الملائكة، وأمرهم بالسجود له.
Allah Ta’ala mengangkat derajat Nabi Adam as. Diatas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat di perintah oleh Allah agar sujud kepada Nabi Adam as.
وإنما شرف العلم بكونه وسيلة الى البر والتقوى، الذى يستحق بها المرء الكرامة عند الله، والسعادة والأبدية، كما قيل لمحمد بن الحسن رحمة الله عليهما شعرا:
تعـلـم فــإن الـعلـم زيـن لأهــلــه وفــضـل وعــنـوان لـكـل مـــحامـد
وكــن مـستـفـيدا كـل يـوم زيـادة من العـلم واسـبح فى بحـور الفوائـد
تـفـقـه فإن الـفــقـه أفــضـل قائـد الى الــبر والتـقـوى وأعـدل قـاصـد
هو العلم الهادى الى سنن الهدى هو الحصن ينجى من جميع الشدائد
فـإن فـقيــهـا واحــدا مــتـورعــا أشـد عـلى الشـيطـان من ألـف عابد
Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna.”

Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan taqwa, ilmu paling lurus untuk di pelajarai. Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh.

Hukum Belajar Ilmu Akhlaq (Tata Krama dan Budi Pekerti)


(والعلم وسيلة إلى معرفة: الكبر، والتواضع، والألفة، والعفة، والأسراف، والتقتير، وغيرها)، وكذلك فى سائر الأخلاق نحو الجود، والبخل، والجبن، والجراءة. فإن الكبر، والبخل، والجبن، والإسراف حرام، ولايمكن التحرز عنها إلا بعلمها، وعلم ما يضادها، فيفترض على كل إنسان علمها.
Setiap orang islam juga wajib mengetahui/mempelajari akhlak yang terpuji dan yang tercela, seperti watak murah hati, kikir, penakut, pemberani, merendah diri, congkak, menjaga diri dari keburukan, israf (berlebihan), bakhil terlalu hemat dan sebagainya. Sifat sombong, kikir, penakut, israf hukumnya haram. Dan tidak mungkin bisa terhindar dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui kriteria sifat-sifat tersebut serta mengetahui cara menghilangkannya. Oleh karena itu orang islam wajib mengetahuinya.
وقد صنف السيد الإمام الأجل الأستاذ الشهيد ناصر الدين أبو القاسم كتابا فى الأخلاق ونعم ما صنف، فيجب على كل مسلم حفظها.
Asy-Syahid Nasyiruddin telah menyusun kitab yang membahas tentang akhlak. Kitab tersebut sangat bermutu, dan perlu dibaca. Karena setiap orang wajib memelihara akhlaknya.

Ilmu Yang Fardu Kifayah dan Yang Haram dipelajari.

وأما حفظ ما يقع فى الأحايين ففرض على سبيل الكفاية، إذا قام البعض فى بلدة سقط عن الباقين، فإن لم يكن فى البلدة من يقوم به اشتركوا جميعا فى المأثم، فيجب على الإمام أن يأمرهم بذلك، ويجبر أهل البلدة على ذلك.
Adapun mempelajari amalan agama yang dikerjakan pada saat tertentu seperti shalat zenajah dan lain-lain, itu hukumnya fardhu kifayah. Jika di suatu tempat/daerah sudah ada orang yang mempelajari ilmu tersebut, maka yang lain bebas dari kewajiban. Tapi bila di suatu daerah tak ada seorangpun yang mempelajarinya maka seluruh daerah itu berdosa. Oleh karena itu pemerintah wajib memerintahkan kepada rakyatnya supaya belajar ilmu yang hukumnya fardhu kifayah tersebut. Pemerintah berhak memaksa mereka untuk mereka untuk melaksanakannya.
قيل: إن العلم ما يقع على نفسه فى جميع الأحوال بمنزلة الطعام لابد لكل واحد من ذلك.وعلم ما يقع فى الأحايين بمنزلة الدواء يحتاج إليه (فى بعض الأوقات).
Dikatakan bahwa mengetahui/mempelajari amalan ibadah yang hukumnya fardhu ain itu ibarat makanan yang di butuhkan setiap orang. Sedangkan mempelajari amalan yang hukumnya fardhu kifayah, itu ibarat obat, yang mana tidak dibutuhkan oleh setiap orang, dan penggunaannya pun pada waktu-waktu tertentu.
وعلم النجوم بمنزلة المرض، فتعلمه حرام، لأنه يضر ولاينفع، والهرب عن قضاء الله تعالى وقدره غير ممكن.
Sedangkan mempelajari ilmu nujum itu hukumnya haram, karena ia diibaratkan penyakit yang sangat membahayakan. Dan mempelajari ilmu nujum itu hanyalah sia-sia belaka, karena ia tidak bisa menyelamatkan seseorang dari taqdir Tuhan.
فينبغى لكل مسلم أن يشتغل فى جميع أوقاته بذكر الله تعالى والدعاء، والتضرع، وقراءة القرآن، والصدقات [الدافعة للبلاء] [والصلاة] ، ويسأل الله تعالى العفو والعافية فى الدين والآخرة ليصون الله عنه تعالى البلاء والآفات، فإن من رزق الدعاء لم يحرم الإجابة. فإن كان البلاء مقدرا يصيبه لامحالة، ولكن يبر الله عليه ويرزقه الصبر ببركة الدعاء.
Oleh karena itu, setiap orang islam wajib mengisi seluruh waktunya dengan berzikir kepada Allah, berdo’a, memohon seraya merendahkan diri kepadaNya, membaca Al-Qur’an,dan bersedekah supaya terhindar dari mara bahaya.
اللهم إذا تعلم من النجوم قدرما يعرف به القبلة، وأوقات الصلاة فيجوز ذلك
Boleh mempelajari ilmu nujum (ilmu falaq) untuk mengetahui arah kiblat, dan waktu-waktu shalat.
وأما تعلم علم الطب فيجوز، لأنه سبب من الأسباب فيجوز تعلمه كسائر الأسباب. وقد تداوى النبى عليه السلام،
Boleh pula mempelajari ilmu kedokteran, karena ia merupakan usaha penyembuhan yang tidak ada hubungannya dengan sihir, jimat, tenung dan lain-lainnya.Karena Nabi juga pernah berobat.
وقد حكى عن الشافعى رحمة الله عليه أنه قال: العلم علمان: علم الفقه للأديان، وعلم الطب للأبدان، وما وراء ذلك بلغة مجلس.
Imam Syafi’I rahimahullah berkata, “ilmu itu ada dua, yaitu ilmu piqih untuk mengetahui hukum agama, dan ilmu kedokteran untuk memelihara badan.”

Definisi (Pengertian) 'ilmu

وأما تفسير العلم: فهو صفة يتجلى بها المذكور لمن قامت هى به كما هو. والفقه: معرفة دقائق العلم مع نوع علاج. قال أبو حنيفة رحمة الله عليه: الفقه معرفة النفس ما لها وما عليها. وقال: ما العلم إلا للعمل به، والعمل به ترك العاجل الآجل.
'ilmu ditafsiri dengan : Sifat yang dimiliki seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya. Fiqih adalah: Pengetahuan tentang kelembutan-kelebutan ilmu. Ujar Abu Hanifah : Fiqih adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berguna, yang berbahaya bagi diri seseorang. Ujarnya lagi : Ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan di sini berarti meninggalkan orientasi demi akhirat.
فينبغى للإنسان أن لايغفل عن نفسه، ما ينفعها وما يضرها، فى أولها وآخرها، ويستجلب ما ينفعها ويجتنب عما يضرها، كى لايكون عقله وعمله حجة فيزداد عقوبة، نعوذ بالله من سخطه وعقوبه.
Maka seyogyanya manusia jangan sampai lengah diri dari hal-hal yang bermanfaat dan berbahaya di dunia dan akhirat. Dengan demikian dia akan mengambil mana yang bermanfaat dan menjauhi mana yang berbahaya, agar supaya baik akal dan ilmunya tidak menjadi beban pemberat atas dirinya dan menambah siksanya. Kita berlindung kepada allah dari murka dan siksanya.
وقد ورد فى مناقب العلم وفضائله، آيات وأخبار صحيحة مشهورة لم نشتغل بذكرها كى لايطول الكتاب.
Dalam masalah kebaikan keistimewaan dan keutaman ilmu itu, banyaklah ayat-ayat al-quran dan hadis-hadis shahih dan masyhur yang mengemukakannya. Namun kali ini tidak kami kedepankan, agarlah uraian kitab ini tidak terlalu berkepanjangan.

Demikian sebuah ulasan yang sangat mendalam bagi kita. Semoga kita bisa berusaha untuk selalu belajar, aamiin.

(http://petunjuk-islam.blogspot.com/).*